Jangan Sampai Pesan Meleset karena Kurang Riset

review-film-tanah-cita-cita

 Dari semua pekerjaan berat, salah satu yang paling sulit adalah menjadi guru yang baik. – Maggie Gallager

Guru bukanlah pekerjaan yang main-main. Bukan karena pekerjaannya yang berat, tetapi tanggung jawab yang melekat. Begitupun ketika membuat film yang bermuatan guru. Membuat film dengan tema utama pendidikan haruslah digarap dengan serius. Banyak hal harus dipertimbangkan. Riset menjadi sangat penting.

Ide dalam film Tanah Cita-Cita cukup apik. Edukasi perubahan pola pikir tentang belajar mengajar memang sangat dibutuhkan. Namun, sangat disayangkan, banyak sekali misconception di dalam film ini. Agaknya, film ini kurang dalam menyelami seputar guru dan pekerjaannya. Padahal diharapkan, film menjadi salah satu cermin kehidupan yang digunakan sebagai alat refleksi masyarakatnya.

Hal paling mendasar yang tidak habis di nalar saya adalah bagaimana seorang Cita yang dari ibukota negara justru memiliki pikiran yang lebih kolot mengenai pendidikan di banding Rayhan yang menjadi kepala di sekolah pedalaman?

Lalu, adegan demi adegan yang terkesan dipaksakan. Cita yang berasal dari kota tentu saja tidak akan mengajar dengan gaya kuno. Memarahi siswa di dalam kelas, menyetrap murid, dan meninggalkan siswa di kelas begitu saja adalah hal yang tidak mungkin dilakukan guru “dewasa” ini.

Adegan ketika Rayhan memergoki pembelajaran yang dilakukan Cita. Bagi dunia pendidikan, tentunya sangat tabu seorang kepala sekolah langsung mengomentari gaya mengajar salah satu gurunya. Ketabuan lainnya juga terjadi ketika Pengawas menemui Rayhan pada saat kegiatan menanam pohon. Bagaimana cara Pengawas berdialog justru mengebiri citra dunia pendidikan. Mungkin maksud film ini adalah menonjolkan pemikiran modernitas Rayhan. Namun, justru hal ini menjadi timpang. Pengawas yang memotong dialog Rayhan tidak mencerminkan perilaku orang-orang yang berkecimpung di dalam dunia pendidikan secara umum.

tanah-cita-cita-the-movie-tvri
Menyoal surat peringatan dari dinas. Dinas Pendidikan tentu bukanlah instansi yang tidak memahami bagaimana prosedur penanganan masalah. Tidak ada pengaduan, sekalipun dari kepala desa, yang lantas mengahasilkan surat peringatan. Dinas pastinya akan melakukan kroscek terlebih dahulu. Lagipula, apa dasar keluarnya surat peringatan? Toh Rayhan sebagai kepala sekolah tentu saja memiliki penilaian kinerja. Apa yang dilakukan Rayhan sebagai pendidik sekaligus kepala sekolah tidak menyalahi tupoksinya sebagai pegawai.

Kejanggalan cerita lainnya adalah ketika Nasrudin, kepala desa, mengirim utusan untuk menghajar Rayhan. Film ini seperti dongeng bahwa kejahatan akan langsung mendapat karma. Penjemputan Nasrudin secara paksa dan permintaannya untuk mundur dari kepala desa menjadikan adegan ini terasa semakin ngawur. Birokrasi tak seperti ini, Kawan!

Tokoh dan penokohan Kepala Desa juga terlalu mengada-ada. Untuk sebuah film yang ditujukan untuk guru dan siswa, penghadiran tokoh ini sangat unfaedah. Masih relevankan kepala desa yang ke mana-mana membawa centeng? Layakkah dialog-dialog kepala desa untuk target penonton siswa?

Ingat bagaimana Nasrudin menggambarkan harga diri? Adegan memasukan kulit pisang ke mulut salah satu bawahannya sangat tidak layak ditonton. Usia praremaja dan remaja tentu saja tidak serta merta mampu menangkap pesan dengan sempurna. Alih-alih mendapat pesan yang diharapkan, anak-anak justru mungkin menirukannya.

Perubahan pola pikir pendidikan yang diusung dalam film ini sungguh sangat bagus untuk diangkat dalam sebuah film. Sangat disayangkan, masih banyak hal yang tidak diperhatikan dalam penggarapan film ini.  Seharusnya, film-film edukasi semacam ini justru digarap dengan lebih hati-hati. Film seperti ini tidak sekadar menjalankannya perannya sebagai hiburan, tetapi membawa pandangan baru bagi penontonnya.

Salam,

susana-devi



Susana Devi Anggasari
Susana Devi Anggasari Hai, saya Susana Devi. Mamak dari Duo Mahajeng, Mahajeng Kirana dan Mahajeng Kanaya. Untuk menjalin kerja sama, silakan hubungi saya.

Posting Komentar untuk "Jangan Sampai Pesan Meleset karena Kurang Riset"