Dampingi Anak Belajar di Rumah, Siapa Takut?
Dampingi Anak Belajar di Rumah, Siapa Takut?—Demi
menghindari penyebaran virus Corona, Presiden Joko Widodo mengeluarkan aturan
untuk belajar di rumah. Nah, masalahnya
saking “seringnya” orang tua mendampingi anak belajar, ternyata justru timbul
masalah baru. Baik anak maupun orang tua sama-sama mengeluh.
Corona memang
nyaris membuat semua hal berubah. Anak-anak yang terbiasa belajar bersama guru
di kelas akhirnya menyadari bahwa guru mereka berarti. Para ibu yang kadang
ngomel dengan cara guru mengajar pun menyadari bahwa tidak mudah mengajak anak
belajar.
Belajar di
rumah diperpanjang dan diperpanjang lagi.
Orang tua sangat berperan penting terhadap proses belajar di rumah ini.
Agar proses belajar dapat efektif, ada beberapa tips mendampingi anak belajar dari Mamak Mahajeng yang bisa dipraktekin. Apa saja sih tipsnya?
1. Dampingi Anak Belajar, Bukan Mengerjakan Tugas Anak
Ada anggapan
yang salah bahwa tugas yang diberikan guru adalah pekerjaan yang hasilnya harus
sempurna. Makanya, enggak heran banyak orang tua yang mati-matian, bagaimana pun caranya, agar
tugas anaknya mendapat nilai yang maksimal
Gambar Hanya Ilustrasi |
Tanggal 31 Maret lalu ketika saya sedang menunggu jilidan di Kang Kopian. Seorang ibu yang anaknya duduk di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama mengeluh lelah dan pusingnya mikiran tugas anaknya. Lalu saya bertanya, “Ibu yang mengerjakan?”
Sembari tersenyum malu-malu, beliau mengiyakan. Ia mengaku lebih stres jika menunggu anaknya
mengerjakan sendiri. Enggak sabar. Hasilnya enggak sempurna. Begitu katanya. Mas-mas Kang Kopi senyum-senyum.
“Gara-gara Corona saya juga
ikut repot lho, Bu!” kata Mas Kang Kopi.
Heran dong saya. Mas Kang Kopi mengaku diteror ibu-ibu dan bapak-bapak di sekitar perumahan untuk mengerjakan tugas anaknya.
“Untung saja
kok ada Google, Bu. Penyelamat
banget deh tuh Google!”
Padahal. Belajar itu proses
untuk memperoleh kepandaian atau kecakapan tertentu. Tugas yang diberikan guru
itu untuk menuju ke sana, bukan alat ukur. Jadi, ya enggak masalah jika belum
sempurna. Namanya saja latihan, kan? Ada kurangnya ya wajar.
Jadi, jangan
sekali-kali deh mengerjakan tugas atau pekerjaan anak. Selain tidak melatih
kemandirian, hal semacam itu melatih anak untuk tidak bertanggung jawab.
Menyelesaikan
tugas adalah tanggung jawab anak, memastikan anak menyelesaikan tugas adalah
tanggung jawab orang tua. Jangan terbalik ya!
2. Belajar Bukan Soal Pendidikan Akademis
Kawan, belajar
bukan semata soal pendidikan akademis. Ada banyak hal bisa dipelajari di rumah.
Mengajarkan anak mau menyapu dan mencuci piring itu juga pembelajaran.
Membiasakan anak salat tepat waktu itu juga pembelajaran. Jadi, belajar bukan
sekadar mengerjakan soal latihan atau tugas-tugas (yang berkaitan dengan pelajaran) dari guru.
Pak Taji,
suami saya, adalah guru SD. Pekan ketiga belajar di rumah, ia membagi jurnal
kegiatan. Di dalam jurnal itu ada beberapa kegiatan siswa yang harus dilakukan.
Maksudnya, jurnal itu untuk memudahkan orang tua mendampingi anaknya belajar di
rumah. Jurnal itu diisi selama siswa belajar di rumah. Tahu apa yang terjadi?
Siang jurnal
dibagi. Belum ada satu jam jurnal sudah diisi penuh. Salah satu jegiatan di jurnal adalah menjalankan ibadah. Dalam jurnal itu sudah diisi anak melakukan salat Asar. Lah, bagaimana sudah diisi jika azan Asar saja belum
berkumandang?
Pernah juga
Pak Taji memberi tugas pada siswanya melalui orang tua agar anak membantu orang
tua. Tugas disampaikan pagi hari. Menjelang siang, ada orang tua siswa bertanya,
“Pak, kok anak saya tidak diberi tugas?”
Padahal
membatu orang tua itu juga proses belajar. Ada banyak hal bisa ditanamkan
melalui kegiatan itu: kemandirian, rela menolong, dan tanggung jawab misalnya.
3. Lengkapi Kebutuhan Anak
Apa sih sayang
dibutuhkan anak ketika belajar? Jaringan intenet, camilan, tempat yang
nyaman?
Beri perhatian
kecil misal dengan membuatkan minuman hangat. Tanyakan sudah selesai atau
belum. Lihat hasil yang ida kerjakan. Sederhana. Tapi, justru itu akan sangat
berarti untu putra-putri kita.
4. Beri Motivasi
Hal paling
penting dalam belajar adalah motivasi. Tanpa adanya motivasi, proses belajar
akan sia-sia. Selama mendampingi anak belajar di rumah, penting sekali bagi orang
tua memberi motivasi belajar.
Memberi
motivasi bukan sekadar menyemangati anak agar rajin belajar. Namun, orang tua
bisa menjelaskan mengapa si anak harus belajar memasak, misalnya. Menunjukan
pada anak apa sih untungnya kalau si anak punya keahlian memasak. Intinya
adalah menumbuhkan kesadaran mengapa anak harus belajar sesuatu. Jika anak
sudah paham akan pentingnya mempelajari hal tersebut, maka ia akan punya keinginan untuk
belajar.
5. Atur Jadwal
Belajar yang
baik adalah belajar yang terencana. Ada kurikulumnya, kalau bahasa pendidikan.
Sekalipun di rumah, orang tua perlu membuat jadwal yang jelas mengenai
pembelajaran apa saja yang akan dilakukan di rumah. Hal ini tentu saja tidak
bisa dilakukan sepihak. Ada baiknya para orang tua mengajak anak berdiskusi dan
menentukan jadwal bersama.
6. Berikan Apresiasi
Berikan
penghargaan terhadap apapun yang anak lakukan, terlepas hasilnya sudah
memuaskan atau belum. Apresiasi dari orang tua akan membuat anak merasa
dihargai. Rasa berharga ini akan mendorong anak untuk mencapai target-target
yang ia tetapkan.
7. Jika Ada Kendala, Hubungi Guru
Bukan hal yang
sulit menjalin komunikasi dengan guru. Terkadang, kita merasa ada yang perlu
dikomunikasikan dengan guru buah hati kita.Tidak usah sungkan. Lakukan saja.
Saya yakin, para guru akan dengan suka cita untuk berdiskusi dengan orang
tua, terlebih menyangkut masalah anak didiknya. Pendidikan anak adalah tanggung
jawab bersama. Dengan berkomunikasi dengan guru, baik guru maupun orang tua
dapat saling melakukan evaluasi dengan terciptanya kondisi yang lebih baik
8. Awasi Ponsel Anak
Ponsel adalah
alat. Saya selalu bilang pada siswa saya: alat di tangan yang tepat akan
mendatangkan manfaat, di tangan yang salah akan mendatangkan mudharat. Jadi,
penting sekali mengetahui apa yang dilakukan anaknya dengan ponsel mereka.
Kalau perlu orang tua membuat proteksi pada ponsel anak sehingga anak hanya
bisa mengakses informasi tertentu.
Buat aturan
yang jelas kapan anak boleh menggunakan media sosial dan bermain game. Jangan
sampai, anak justru lebih nyaman dengan dunia maya dan game online-nya ketimbang dunia nyatanya. Hal ini perlu ditekankan
sejak dini.
9. Perluas Wawasan
Wajib hukumnya bagi orang tua untuk selalu menambah wawasan. Baca-baca informasi di internet mungkin bisa
membantu. Namun, orang tua harus diingat untuk memilah-memilah informasi.
Saring-saring dulu informasi yang didapat.
Tujuan
memperluas informasi adalah agar orang tua tetap bisa menunjukan kepada anaknya
bahwa ini loh ibu juga bisa jadi guru buat kamu. Kan malu-maluin kalau kita
bilang enggak tahu pas anak kita tanya.Hehe … Tapi, yang paling penting agar
tidak memberi jawaban yang seat ketika anak bertanya sih.
10. Kreatif
Manusiawi
sekali jika anak itu mudah bosan. Jadi, tantangan banget untuk para orang tua
membuat berbagai aktivitas menarik. Jangan sampai anak merasa jenuh karena
kegiatan yang monoton. Kawan Suzan bisa gunakan media sosial untuk mencari
aktivitas untuk anaknya. Jika Kawan Suzan mempunya anak usia Paud-TK, baca deh
darimana saya biasanya mencari ide bermain ini.
Itu tadi adalah
tips dari Mamak Mahajeng yang bisa kawan-kawan terapin selama mendampingi anak belajar di rumah. Yakinlah, masa-masa
anak di rumah adalah masa emas buat kita sebagai orang tua. Semoga apa yang
saya tulis bisa memberi manfaat buat Kawan Suzan semua.
33 komentar untuk "Dampingi Anak Belajar di Rumah, Siapa Takut?"
Kita pun sebagai orang dewasa enggak mungkin tiba-tiba sempurna kalau mengerjakan sesuatu. Apalagi anak. Yang penting anak punya rasa ingin tahu, itu sudah bagus.
Doaku smga kororo segera pergi dr bumi supaya bisa belajar di sekolah lagi
Tiap hari ada adegan marah2 karena anaknya gak ngerti. Kasihan sm ibunya, kasihan jg ke anaknya. Jd kayak dipaksa gitu. Hehee
Kadang sedih kebetulan sya juga guru kalau saat memberikan PR untuk anak kerja pasti amblas h h h
Bukan anak yg kerja tapi Wali murit, itu sangat tidak mendidik untuk anak, seharusnya wali murut hanya mendampingi anak mengerjskan PR :)
yang suka bikin nggak sabar sama proses tuh karena ada target nilai kan di sekolah. aku jadi mikir mba buat homeschoolingin anakku aja biar prosesnya dapet hehe
Sugeng rawuh di susanadevi.com. Silakan tinggalkan jejak di sini. Semua jejak yang mengandung "kotoran" tidak akan ditampilkan ya!